Sunday, March 30, 2014

LATAR BELAKANG NEGARA OMAN


GAMBAR BENDERA OMAN

SALTANAH OMAN ( NEGARA OMAN)

Kesultanan Oman adalah sebuah negara Arab di Asia Barat Daya yang terletak dipersisiran Tenggara Jazirah Arab. Oman bersempadan dengan UniEmirat Arab dibarat laut Arab Saudi dan di Yaman di sebelah barat daya. Negara Oman memiliki persisiran yang dikelilingi oleh Laut Arab di Tenggara dan Teluk Oman ditimur laut.

             Ibu negara Oman adalah Muskat yang berkeluasan 3,500 KM dan mempunyai jumlah penduduk seramai 808.500 orang penduduk. Antara bandar yang terdapat di dalam negara Oman adalah Muskat,Salalah,Sur,Nizwa,Sohar,Khasab dan Al-Buraimi. Walaupun keadaan geogarafi negara Oman adalah 82% padang yang berbatuan dan berpasir,15% pergunungan dan 3% adalah persisiran pantai, negara ini memiliki sumber daya alam semulajadi yang melimpah ruah seperti minyak,gas,tembaga,asbes,kapur dan logam. Kebanyakan  masyarakat Oman menganut agama Ibadiyah sebanyak 75% dan selebihnya ialah islam sunni dan syiah serta terdapat juga penduduk yang menganut agama Hindu. Bahasa yang menjadi pertuturan seharian penduduk Oman adalah bahasa rasmi Arab, bahasa Inggeris sebagai bahasa kedua. Penduduk Oman terdiri daripada pelbagai suku antaranya ialah Arab,Baluchi (Asia Tengah),Asia Selatan dan Afrika. Mata wang yang digunakan oleh Negara Oman adalah Rial Omani (RO)


                                                    Peta Negara Oman




                                                          SULTAN QOBOOS


Sejarah Kesultanan Oman

Islam masuk dan berkembang di Oman di abad ke 7 masih di masa hidup Rosullulloh. Di abad ke 8 alirah Ibadis shi’ah dan Suni mendomonasi kehidupan Islam di Oman dan menjadikan Oman sebagai satu satunya negara Islam dengan aliran Ibadi. Komunita awal Islam ini yang kemudian memilih pemimpin diantara komunitas mereka. Sentuhan Oman dengan dunia barat terjadi di tahun 1508 ketika Portugis menjajah beberapa bagian kecil wilayah pantai Oman dan bertahan disana selama hampir satu abad. Portugis yang menghancurkan masjid pertama yang dibangun di Oman oleh Bibi Maryam. Sisa sia benteng Portugis masih dapat dlihat hari ini di kota Muscat.

Oman terbilang sebuah negara merdeka sepanjang sejarah terlepas dari penguasaan sedikit wilayahnya oleh Portugis dan Persia yang berkali kali berupaya menguasai wilayah tersebut. Portugis terusir dari Oman di tahun 1650. Dalam persaingan kekuasaan dengan Persia, Oman berhasil melebarkan wilayahnya hingga ke Zanzibar, hingga ke pantai timur benua Afrika, serta sebagian wilayah selatan semenanjung Arabia.

Dan kepemimpinan Oman pun beralih dari para imam Ibadi yang dipilih secara berkala kepada sistem kesultanan yang berkuasa secara turun temurun hingga saat ini dan bertahta di kota Muscat. Penguasa di Muscat terus mengembangan wilayah dengan mendirikan berbagai pos perdagangan di berbagai pantai wilayah Persia hingga daerah Makram (kini menjadi wilayah Pakistan) di awal abad ke 19, kala itu Oman menjelma sebagai kekuatan utama di semenanjung Arabia dan menunjukkan kehadirannya di wilayah pantai timur Afrika.

Oman sempat menjadi objek perebutan antara Farncis dan Inggris di abad ke 18. Di abad ke 19 Oman dan Inggris Raya menandatangani beberapa fakta kerjasama dan perdagangan. Dan ditahun 1908 inggris memasuki era perjanjian persahabatan dengan Oman. Hubungan tradisional antara kedua negara ini di syahkan pada  pada tahun 1951 melalui sebuah fakta persahabatan, pedagangan dan navigasi dan pengakuan Inggris Raya terhadap eksistenti Oman sebagai sebuah Kesultanan yang berdaulat penuh.

Tatkala Sultan Al-Busaid wafat di tahun 1856 putranya berebut kekuasaan, yang berujung pada perpecahan kesultanan Oman menjadi dua wilayah yakni : Zanzibar, bersama dengan wilayah barat Afrika, serta Muscat dan Oman. Zanzibar membayar upeti tahunan kepada Muscat dan Oman sampai dengan kemerdekaan Zanzibar di awal tahun 1964. Di penghujung abad ke 18 dan pertengahan abad ke 19, Sultan Oman sempat menghadapi pemberontakan dari anggota Ibadi yang menuntut otonomi penuh diwilayah mereka yang berpusat di kota Nizwa dengan Imam Ibadi sebagai pemimpinnya. Konflik tersebut selesai dengan fakta perjanjian Seeb di tahun 1920. Oman memberikan kewenangan kepada Imam Ibadi untuk mengatur wilayahnya sebagai bagian dari Kesultanan Oman.

Seiring dengan ditemukannya minyak di kawasan otonom ibadi, konflik merebak lagi di tahun 1954, pemberontakan sporadis tersebut dipimpin oleh Imam Ibadi yang baru, menuntut wewenang lebih bagi pengelolaan wilayahnya. Pemberontakan itu berahir dengan kekalahan pasukan pemberontak di tahun 1959 dengan bantuan Inggris. Imam Ibadi kemudian dipecat dari jabatannya dan diasingkan ke Saudi Arabida di tahun 1960-an dengan dukungan dari para pendukung dan beberapa pemerintah Arab, namun semua dukungan tersebut berahir di tahun 1980-an.

Di tahun 1964 pemberontakan separatis terjadi di Provinsi Dhofar. Didanai oleh komunis dan pemerintahan negara negara beraliran kiri termasuk Republik Demokratik Yaman (Yaman Selatan). Para pemberontak membentuk Fron Pembebasan Dhofar (Dhofar Liberation Front – DLF) yang kemudian digabungkan dengan Front beraliran Marxist, Populat Front For the Liberation of Oman and Arab Gulf (PFLOAG). Fron ini mendeklarasikan keinginan untuk menggulingkan rezim teluk Arab. Di tahun 1974 PFLOAG menyingkat nama mereka menjadi Popular Front for Liberation of Oman (PFLO) dan memulai perjuangan politik daripada pendekatan militer dalam upaya meraih kekuasan di negara negara teluk, namun juga tetap meneruskan perang gerilya di Dhofar.








1 comment:

  1. terima kasih atas data diatas, tapi alangkah lebih baiknya menyebutkan sumber dan rujukan.

    ReplyDelete